Kamis, 18 Desember 2008

Gizi Pasca Operasi

GIZI PASCA OPERASI
PENDAHULUAN
Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan. Berikut adalah beberapa tipe pembedahan:
1. Menurut Fungsinya (tujuannya):
Diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi)
Kuratif atau ablatif (tumor, appendiktomi)
Reparatif yaitu memperbaiki luka multiple
Rekonstruktif atau kosmetik (mammoplasti, perbaikan wajah)
Paliatif yaitu menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi-ketidakmampuan menelan)
Transplantasi yaitu penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
2. Menurut tingkat Urgensinya:
Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
Contoh:
· perdarahan hebat
· luka tembak atau tusuk
· luka bakar luas
· obstruksi kandung kemih atau usus
· fraktur tulang tengkorak
Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24-30 jam.
Contoh:
· infeksi kandung kemih akut
· batu ginjal atau batu pada uretra
Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.
Contoh:
· Katarak
· gangguan tiroid
· hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih
Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak dilakukan.
Contoh:
· hernia simpel
· perbaikan vagina
· perbaikan skar/cikatrik/jaringan parut
Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi klien).
Contoh: bedah kosmetik.
3. Menurut Luas atau Tingkat Resiko:
Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
Contoh: bypass arteri koroner.
Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
Contoh: Katarak, operasi plastik pada wajah.

Pengobatan secara diet terhadap pasien pembedahan bergantung pada jenis pembedahan. Pengobatan melalui diet dilakukan secara individu dan berdasarkan macam oeprasi. Misalnya pasien operasi lambung (bedah mayor) memperoleh program diet yang berbeda dengan program diet yang diberikan kepada pasien amputasi lengan.
Asupan gizi pasca bedah yang cukup, dapat menunjukkan indikasi pemberian makanan secara oral pada 24 samapi 48 jam pertama setelah operasi dapat mepercepat muntah akibat operasi. Selama periode pertengahan pasca bedah, keseimbangan elektrolit dan cairan dapat dipertahankan melalui pembuluh darah, jaringan subkutan, dan suntikan melalui dubur. Suntikan melalui dubur dapat juga digunakan untuk pemberian obat penenang.
DEFENISI DIET PASCA BEDAH
Pengobatan melalui diet sebelum dan setelah operasi atau pembedahan adalah hal yang sangat penting dalam kesuksesan operasi tersebut, sama pentingnya dengan keselamatan dan kenyamanan pasien. Diet Pasca Bedah atau opearsi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam operasi atau pembedahan dan jenis penyakit penyerta. Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah mengenai karakter individu pasien.
TUJUAN DIET PASCA BEDAH
Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut:
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein),
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain,
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
SYARAT DIET PASCA BEDAH
Syarat Diet Pasca Bedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari ebntuk cair, saring, lunak dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung dari macam pembedahan dan keadaan pasien, seperti:
1. Pasca bedah minor →makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal.
2. Pasca bedah mayor →makanan diberikan secara hati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
PENGATURAN UMUM DIET PASCA BEDAH
Kebanyakan operasi memberikan Diet Pasca Bedah harian yang dipesan untuk pasiennya. Beberapa dokter membuat formula porgram diet mereka sendiri, yang dilakukan berdasarkan percobaan. Ada beberapa prinsip umum yang dapat digunakan dalam Diet Pasca Bedah. Pada umumnya, pemenuhan zat gizi pasien akan mengurangi waktu pemulihan atau penyembuhan, infeksi, dan komplikasi.
Protein.
Jika program diet mengandung protein, tubuh harus menyediakannya sendiri. Sekitar 150 gram/hari diberikan kepada pasien setelah operasi. Segera setelah luka atau penyakit, malnutrisi, khususnya yang kehilangan protein, hampir selalu terjadi. Ini merupakan hasil dari sebuah peningkatan kerusakan jaringan atau mengurangi asupan makanan karena ketidakmampuan atau ketidaksukaan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang sebenarnya dia butuhkan.
Jika tidak terdapat karbohidrat yang cukup dalam diet, protein akan dipecah melalui proses metabolik untuk mengganti karbohidrat yang kurang. Jika terdapat pengurangan atau pelepasan yang terjadi di peritonitis atau luka terbuka, kemungkinan sebanyak 50 gram protein akan hilang dalam sehari. Kemungkinan terdapat kehilangan protein dikarenakan pendarahan atau pengeluaran dari ginjal. Penipisan atau kehabisan protein dalam tubuh merupakan hal yang serius, dapat menyebabkan edema, mencegah penyembuhan luka, membuat hati bekerja lebih keras dalam menghancurkan racun, mengganggu regenerasi hemoglobin, mencegah permulaan aktivitas gastrointestinal, dan menunda pengembalian kekuatan otot. Hal inilah yang menyebabkan pasien pasca bedah menjadi lemah.
Protein Hidrolisat (protein sebelum dicerna) secara frekuensi digunakan sebagai suplemen dalam diet untuk kasus pemulihan sesudah operasi. Mereka tidak mempunyai keuntungan gizi yang utuh, seluruh protein dan keberadaannya hanya diindikasikan pada kasus penyakit pankreas dimana saluran pencernaan tidak mampu mencerna seluruh protein atau pemberian makan secara parenteral.
Kandungan Protein dalam Perencanaan Menu Makan Sehari
Waktu Makan

Menu
Kandungan Protein dalam gram
(1)
100 gram
(2)
125 gram
(3)
150 gram
Sarapan
Jus buah, jeruk ½ gelas
0.5
0.5
0.5

Sereal ½ gelas
2.5
2.5
2.5

Susu whole milk ½ gelas
4.2
4.2
4.2

Susu cair non lemak 2 sdm
-
6.0
6.0

Telur 1 btr
6.5
6.5
6.5

Roti (putih atau gandum) 1 helai
2.5
2.5
2.5

Mentega atau margarin (dioles)
-
-
-

Whole milk
8.5
8.5
8.5
Makan Siang
Daging, unggas, ikan atau keju
15.2
15.2
15.2

Salad dressing ½ gelas
0.5
0.5
0.5
Waktu
Makan

Menu
Kandungan Protein dalam gram
(1)
100 gram
(2)
125 gram
(3)
150 gram

Sayuran hijau atau kuning yang diolah ½ gelas
2.0
2.0
2.0

Roti (putih atau gandum) 1 helai
2.5
2.5
2.5

Mentega atau margarine (dioles)




Buah pencuci mulut
0.5
0.5
0.5

Whole milk 1 gelas
8.5
8.5
8.5

Susu kering tanpa lemak 2 sdm
-
6.0
6.0
Selingan Siang
Whole milk 1 gelas
-
8.5
8.5

Susu kering tanpa lemak 2 sdm
-
-
6.0

Kraker 2 keping
-
-
2.5
Makan Malam
Daging, unggas, ikan atau keju
22.8
22.8
22.8

Sayuran yang dimasak ½ gelas
2.0
2.0
2.0

Kentang
2.0
2.0
2.0

Susu kering tanpa lemak 2 sdm
-
0.6
0.6

Roti (putih atau gandum) 1 helai
2.5
2.5
2.5

Puding
4.5
4.5
4.5

Susu kering tanpa lemak 2 sdm
-
-
6.0

Whole milk
8.5
8.5
8.5
Selingan Malam
Whole milk 1 gelas
8.5
8.5
8.5

Susu kering tanpa lemak 2 sdm
-
-
6.0
Total gram protein
104.7
131.2
151.7
Sumber: Krause 1961
Jika kalori dibutuhkan untuk menjaga berat badan tetap normal, konsentrasi makanan dapat ditambah dengan gula, jeli, kecap dan salad dressing.
Vitamin.
Dewasa ini, asam askorbat merupakan satu-satunya zat gizi yang jika kekurangan dalam tubuh, maka akan mengakibatkan penundaan dan mencegah penyembuhan luka. Kekurangan vitamin K menunjukkan kekurangan protrombin di dalam darah yang dihasilkan akibat penggumpalan. Oleh karena itu, vitamin dibutuhkan dalam diet pasca operasi. Vitamin B kompleks, khususnya Thiamin adalah hal yang penting untuk dipertimbangkan. Dalam hal pembedahan, vitamin A dapat mengganggu proses epitalisasi yang normal.
Cairan.
Secara langsung setelah operasi, setiap pasien seharusnya memperoleh asupan cairan yang cukup untuk memelihara keseimbangan cairan di dalam tubuh. Pada saat itu, pasien mengalami kesulitan memasukkan air dalam jumlah banyak melalui mulutnya, dan cairan akan diatur oleh proses proctoclysis atau oleh suntikan pada pembuluh darah atau jaringan subkutan.
Makanan.
Makanan yang dikenalkan pada kondisi setelah oeprasi atau bedah bergantung pada kondisi sistem gastrointestinal pasien. Untuk dapat memakan semua protein yang dibutuhkan, pangan sumber protein kualitas tinggi dalam jumlah banyak seperti susu, daging dan telur, adalah perlu. Ketika kebutuhan sejumlah makanan tidak dapat dipenuhi, protein dalam bentuk hidrolisat atau ikatan protein lainnya, yang juga dihasilkan dari mineral, vitamin dan kalori, harus diperoleh.
Cara Diet yang Rutin
a. Parenteral Feeding
Perlindungan terhadap penyakit menyerang pengurangan zat gizi harus dimulai selama 24 jam pertama setelah bedah mayor. Seluruh transfusi darah dalam prosedur ruitn. Setelah transfusi darah selesai, direkomendasikan bahwa 15% dekstrosa dalam air dengan ditambah vitamin, ditambah 5% protein hidrolisat dalam 5 sampai 10% dalam larutan dekstrosa yang diatur. Persiapan ini dapat memenuhi cairan yang dibutuhkan sama seperti kebutuhan kalori dan protein. Pemenuhan zat gizi secara parenteral dilakukan untuk waktu yang lama yakni 3 sampai 4 hari, kuantitas pemenuhan semua zat gizi esensial harus disuplai dalam cairan parenteral, dimulai sejak hari pertama setelah operasi. Contoh sederhana:
b. Formula Pemenuhan Parenteral Feeding
700cc 15% glukosa dalam larutan (setelah 24 jam pertama, ditambah 2.23 gram KCl jika pengeluaran urine normal) dan 2cc campuran vitamin parenteral ditambah 2000cc dari 5% protein hidrolisat dalam 5% larutan glukosa. Formula ini akan mensuplai:
Air 2700cc
Asam amino 100 gram
Kalori non protein 1220
Total kallori 1620
NaCl 6 gram
Kalium 30 mEq
Asam askorbat 300 mg
Thiamin HCl 5 mg
Riboflavin 5 mg
Niacinamide 100 mg
Kalsium Pantotenat 20 mg
Piridoksin 2 mg

c. Oral Feeding
Meskipun sebaiknya menghindari puasa seketika setelah operasi, tetapi hal ini penting untuk tidak meningkatkan jumlah dietnya secara cepat. Diet sebaiknya bertambah secara perlahan. Tidak menggembungkan cairan, seperti teh, air jahe, dan air daging adalah pangan pertama yang diperbolehkan. Susu dan jus jeruk dapat menjadikan perut pasien kembung, sehingga harus dihindari pada hari kedua sampai hari ketiga setelah operasi atau bedah.
Diet rutin khususnya untuk bedah mayor, menempatkan pasien pada kondisi terbatas atau diet bersih dari cairan pada hari kedua setelah operasi, kemudian diperbolehkan diet cair penuh pada hari ketiga sampai hari keempat setelah operasi. Biasanya pada hari keempat sampai hari kelima diet yang diberikan adalah diet lunak, dan hari kelima sampai keenam setelah operasi dapat diberikan diet biasa. Berdasarkan Rekomendasi Kebutuhan Makan Harian, orang sehat mungkin melebihi 100% (kecuali kalori) dengan intik protein, terutama penyimpanan tinggi (150 gram/hari).
Macam – macam Diet Pasca Bedah
a. Diet Untuk Bedah Kantung Empedu dan Kombinasi dengan Abdomino-Perineal
Bedah pada kantung empedu yang dikombinasikan dengan Abdomino-Perineal, oral feeding biasanya diberikan di awal. Berikut adalah sebuah contoh jadwal diet yang sederhana:
Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan formula infus yang cukup.
Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air jahe) tanpa susu atau jus buah.
Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh diberikan. Pemberian makanan pembuluh darah melalui infus dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air, ditambah vitamin dapat digantikan dengan bagian dari larutan garam.
Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung tinggi protein boleh ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein hidrolisat dapat dihilangkan dari pemberian makanan bagi pembuluh darah.
Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-100 gram. Protein harus tersedia dalam oral feeding. Pemberian vitamin secara oral sudah bisa diberikan. Pemberian makan pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.
Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada pasien.
Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin lebih merasa nyaman dengan diet rendah lemak untuk beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan setelah operasi.
b. Diet Pasca Operasi Anus/Dubur
Operasi dubur hampir sama dengan hemorrhoidectomy, pemberian makan biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam atau sesegera mungkin, bergantung pada anastesi yang telah diatur. Pengaturan pasca operasi beragam. Beberapa pembedah lebih suka memberi diet rendah serat, dengan sisa yang terbatas untuk mengurangi pergerakan isi perut. Hal lain yang diperbolehkan diet normal dan menambah defekasi yang dibantu dengan minyak mineral. Penggunaan jangka panjang minyak mineral dapat mengurangi karena menganggu penyerapan beberapa mineral dan vitamin.
c. Diet Pasca Operasi Umum
Diet yang ditentukan untuk pasien yang mempunyai riwayat bedah tulang atau gigi, atau yang telah mengalami kecelakaan kecil, dapat diberi lebih dulu program diet yang lebih cepat dibandingkan dengan program diet pasca operasi gastrointestinal. Secara bertahap, pasien dapat mengkonsumsi diet berupa cairan penuh pada hari kedua setelah operasi, diet makanan lunak pada hari ketiga, dan diet makanan biasa pada hari keempat. Kondisi pasien menentukan diet yang akan dikonsumsi. Yang perlu diperhatikan adalah diet tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan kalori dan protein. Vitamin secara bertahap diberikan sebagai suplemen.
d. Diet Pasca Operasi Mulut dan atau Esofagus
Setelah operasi mulut atau esofagus, pemberian makanan secara parenteral yang biasanya diberikan pada pasien di awal, dengan pemberian makan dengan menggunakan tabung. Sejak pasien tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang cukup lama, yang paling utama adalah formula diet yang akan diberikan harus memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi secara oral, jenisnya dapat diperoleh dengan mengencerkan makanan padat, seperti kentang, daging cincang, sayuran dan buah dengan cara diblender atau disaring dan ditambahkan cairan.
e. Diet Pasca Patah Tulang dan Trauma Lainnya
Pasien yang patah tulang memerlukan peningkatan pemecahan protein dalam pemberian asupan gizi yang baik bagi individu, yang dapat diperburuk kondisinya hingga menjadi tidak dapat bergerak, hanya mampu beraktivitas di atas kasur saja. Kehilangan protein (kehilangan nitrogen) dibarengi dengan kehilangan kalium, fosfor dan sulfur. Perkembangan osteoporosis bertepatan dengan kehilangan kalsium yang dapat menyebabkan si penderita tidak dapat bergerak.
Pengaturan diet patah tulang: Protein, kalori dan semua zat gizi yang dibutuhkan diperoleh dalam jumlah bebas. Dibutuhkan sekitar 50 gram protein ditambah 3000 kalori kalori non protein. Pemindahan cairan dan elektrolit juga dibutuhkan. Jika pasien tidak mampu makan tetapi membutuhkan sejumlah makanan yang tinggi protein dan tinggi kalori, maka minuman bisa diberikan diantara waktu makan.
Penyembuhan patah tulang yang kurang baik ketika jaringan telah habis. Protein bebas dalam diet menyokong kalsium dalam tulang dan membentuk tulang yang baik.
Metode Pemberian Makan Buatan
a. Tube Feeding.
Tube Feeding merupakan metode yang paling sering digunakan dalamdiet pasca bedah. Ketika pasien tidak mampu untuk makan melalui mulut setelah melewati operasi, kecelakaan, pingsan, kasrinoma pada esofagus, kebutuhan zat gizi harus disuplai dalam bentuk makanan cair yang dapat diisi di dalam tabung. Zat gizi yang tinggi kalori dikombinasikan dengan makanan yang memungkinkan dimasukkan ke dalam tabung, dapat menyuplai 115 gram protein, 180 gram lemak, 230 gram karbohidrat, dan 3000 kalori.
Jumlah pemberian makan diatur berdasarkan resep dari ahli diet. Penambahan kalori dapat dilakukan melalui penambahan minyak, laktosa, atau emulsi lemak. Penambahan protein dapat diperoleh dari protein konsentrat. Mensubstitusi whole milk untuk krim akan menurunkan kandungan lemak dan kalori. Untuk mengurangi lemak, susu skim dapat mengganti whole milk dan krim.
Tube Feeding biasanya dilakukan melalui saluran hidung. Ketika keberlangsungan esofagus yang normal tidak dapat utuh, gastrostomy dan pipa dimasukkan cairan yang mengandung zat gizi ke dalam tubuh secara aman menuju dinding perut. Cairan tersebut mengalir ke dalam lambung melalui rongga. Pasien membutuhkan dukungan yang besar untuk mengatur kondisi ini. Saat pemberian zat gizi, suster akan sangat membantu dalam memberikan kenyamanan saat makan dengan cara seperti ini.
b. Rectal Feeding
Pemberian makan kepada pasien melalui rektum akan membatasi kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan. Makanan tidak dapat melewati katup ileocecal dengan diserap melalui usus besar. Karena usus besar merupakan tempat penyimpanan utama dan bukan merupakan organ pencernaan dan penyerapan zat gizi (kecuali cairan dan garam). Pada Rectal Feeding sedikit seklai protein yang dapat terserap datau bahkan tidak tercerna dan terserap, dan kemungkinan lemak dan karbohidrat tidak digunakan.
c. Transfusi Darah
Seluruh transfusi darah memiliki peran yang penting terhadap pemberian makan pasca bedah mayor dengan kehilangan darah terlalu banyak, seperti dalam kasus hipertiriod, bebrapa pendarahan, discrasia, dan keracunan akibat kekurangan oksigen dalam eritrosit (keracunan akibat karbonmonoksida).
Plasa atyau serum darah lebih mudah dugunakan dalam transfusi darah, disimpan dan dikombinasikan tanpa penggumpalan seluruh darah. Jika pendarahan terjadi dan masih terdapat kekurangan oksigen yang akan membawa zat gizi ke dalam darah, sel darah merah akan bertambah jumlahnya dalam semua pembentukan darah atau suspensi sel. Plasma atau serum darah tidak tepat untuk anemia akibat pendarahan.